20 1

Solok, Selasa 20 Mei 2025 | Bertempat di Halaman Kantor Pengadilan Negeri Solok dilaksanakan Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 2025 berdasarkan surat Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor 4398/SEK/HM3.1.1/V/2025 tanggal 16 Mei 2025. Tema peringatan ke-117 Hari Kebangkitan Nasional Tahun 2025 adalah “Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat”. Upacara ini diikuti oleh Hakim, Pejabat Struktural dan Fungsional, serta Aparatur Pengadilan Negeri Solok.

Adapun susunan petugas upacara, sebagai berikut:

  1. Inspektur Upacara: Syofia Nisra, S.H., M.H. (Wakil Ketua Pengadilan Negeri Solok);
  2. Komandan Upacara: Bobby Wahyu Putra;
  3. Ajudan: Maidel Hendri, S.E.;
  4. Penggerek Bendera: Roby Irawan, Sri Wahyuni, S.Pd., dan Bertha Hardyan, S.H.;
  5. Pembawa Acara: Yessy Oktasari, S.H.;
  6. Pembaca Pembukaan UUD 1945: Arif Kurniawan Emza, S.H.;
  7. Pembaca Do'a: Herly Bastian, S.H., M.H.

20 2

Kebangkitan Nasional ditandai oleh dua peristiwa bersejarah, yaitu terbentuknya Budi Utomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928). Semangat Kebangsaan dari Budi Utomo sebagai organisasi gerakan pemuda modern pertama yang memiliki visi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang didirikan pada 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa sekolah kedokteran STOVIA.

Terbentuknya Budi Utomo menjadi tonggak bersejarah bagi pergerakan bangsa Indonesia, karena mampu membangkitkan semangat perjuangan kemerdekaan. Pencetus berdirinya Budi Utomo adalah pelajar-pelajar STOVIA (Sekolah Kedokteran di Batavia), antara lain Soetomo, Mohammad Soelaiman, Soeradji Tirtonegoro, Mohammad Saleh, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, RM Goembrek, M Soewarno, dan Angka Prodjosoedirdjo.

Latar belakang berdirinya Budi Utomo adalah adanya kebijakan Politik Etis yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Politik Etis adalah kebijakan politik yang mengandung rasa terima kasih kepada rakyat pribumi dengan memberikan tiga hal, yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi. Melalui Politik Etis, salah satu anggota parlemen Belanda, yaitu Conrad Theodor van Deventer, menyatakan bahwa Belanda harus bersyukur kepada rakyat pribumi. Pasalnya, berkat rakyat pribumi, Belanda mendapatkan keuntungan besar selama berabad-abad menjajah Tanah Air.

Sejak Politik Etis diberlakukan pada 1901, Belanda melaksanakan program edukasi dengan membangun sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan adanya sekolah-sekolah, muncul generasi terpelajar di Indonesia. Di antaranya adalah para pelajar yang mendirikan Budi Utomo.

Asal usul Budi Utomo bermula pada 1906, ketika dr. Wahidin Sudirohusodo mengadakan kampanye penggalangan dana pelajar dari golongan priyayi di Pulau Jawa. Ketika sedang berkampanye pada 1907, dr. Wahidin berjumpa dengan pelajar-pelajar STOVIA lain di Jakarta, salah satunya Sutomo.

Setelah mendengar kampanye yang disampaikan oleh Wahidin, Sutomo berkeinginan untuk ikut serta karena memiliki misi yang sama, yaitu meraih cita-cita Kemerdekaan bangsa. Sutomo lalu menyebarkan kampanye tersebut kepada kawan-kawannya di STOVIA. Dari situlah, organisasi Budi Utomo terbentuk pada 20 Mei 1908. Terbentuknya Budi Utomo menjadi awal dari Kebangkitan Nasional Indonesia.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang dilaksanakan setiap tanggal 20 Mei merupakan momen bersejarah bagi bangsa Indonesia untuk mengenang lahirnya semangat kebangsaan dan persatuan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Harkitnas ini menjadi refleksi atas tekad dan perjuangan kolektif rakyat Indonesia yang penuh keteguhan hati dalam melepaskan diri dari belenggu penjajahan serta menjadi tonggak awal kesadaran akan pentingnya persatuan sebagai dasar membangun masa depan bangsa.

Semangat pantang menyerah dari para pejuang pendahulu hendaknya menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa. Jiwa ksatria dan semangat patriotisme yang telah diwariskan harus terus tumbuh, berkembang, dan berakar kuat di hati setiap anak bangsa. Dengan semangat tersebut, kita bersama-sama mewujudkan mahakarya kemajuan Indonesia yang berdaulat, kuat, dan bermartabat.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional menjadi momentum untuk menumbuhkan semangat persatuan, nasionalisme, dan penghargaan atas jasa para tokoh perintis bangsa. Semangat ini mendorong kebangkitan kolektif seluruh elemen masyarakat dalam menghadapi tantangan zaman, memperkuat gotong royong, dan membangun masa depan Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan. Selain meneguhkan komitmen terhadap cita-cita nasional, momen ini juga menumbuhkan optimisme dan inovasi, khususnya di kalangan generasi muda sebagai motor pembangunan dan pewaris nilai kebangsaan untuk “Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat “